DeteksiNusantara. id /
Kodam I/Bukit Barisan akan terus memberikan apresiasi kepada para prajuritnya, yang karena jiwa sosial tinggi, selalu memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga di sekitarnya yang mengalami kesusahan.
“Sebagai Pangdam I/Bukit Barisan dan pribadi, Mayjen TNI M Sabrar Fadhilah akan selalu memberikan apresiasinya kepada setiap prajurit yang dalam kiprahnya selalu menomorsatukan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi prajurit itu sendiri,” ucap Kapendam I/BB, Kolonel Inf Roy Hansen J Sinaga di Media Centre Makodam I/BB, Jln Gatot Subroto Km 7,5 Medan, Minggu (28/4/2019).
Apresiasi Pangdam I/BB, lanjut Kolonel Roy Sinaga, ditujukan kepada Serka Saripuddin Rambe, Babinsa Koramil 01/Aek Kanopan, Kodim 0209/Labuhanbatu, Korem 022/Pantai Timur.
Di mana pada Jumat (26/4/2019) kemarin, Serka Saripuddin Rambe diketahui tengah menggendong seorang bocah perempuan penderita lumpuh menuju klinik alternatif.
Aksi simpatik Serka Saripuddin Rambe ini terdorong oleh rasa kemanusian melihat kondisi bocah malang itu dan keluarganya yang kesulitan biaya perobatan.
Serda Saripuddin Rambe mengaku mendapat kabar dari warga masyarakat tentang kondisi Siti Fatimah yang menderita lumpuh, dan kesulitan untuk biaya perobatan.
Mendengar kabar ini, Serka Saripuddin Rambe langsung bergerak menuju kediaman Siti Fatimah di rumah kakeknya di Lingkungan III, Desa Wonosari, Kelurahan Aek Kanopan, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara.
Di sana, Serka Saripuddin Rambe mendapati kenyataan yang mengiris perasaan hati. Siti Fatimah, bocah malang itu sudah mengalami gejala lumpuh sejak usia 7 bulan.
Waktu itu, Siti Fatimah yang masih bayi, mengalami demam panas tinggi dan kejang-kejang. Keduanya orangtuanya, Syamsul dan Nur, langsung membawa Siti Fatimah ke bidan terdekat di kampungnya untuk diobati.
Tapi sayang, upaya perobatan kepada Siti Fatimah tidak membuahkan hasil memuaskan. Di hari-hari berikutnya, upaya untuk kesembuhan Siti Fatimah, nyaris terabaikan. Kondisi ini terpicu oleh hubungan kedua orangtuanya yang tidak harmonis dan bercerai, sampai akhirnya Siti Fatimah pun harus dirawat oleh kakek dan neneknya.
“Sejak saat itu, terjadi perubahan drastis pada fisik Siti Fatimah. Tangan dan kakinya mengecil. Bahkan sampai usai 9 tahun ini, ia masih sulit untuk bicara,” terang Serka Saripuddin seusai menjenguk bocah perempuan malang itu.
Menurut Saman, kakeknya Siti, upaya perobatan cucu mereka itu nyaris tak bisa dilakukan karena ketiadaan biaya.
Saman bersama istrinya, hanya bekerja sebagai tukang masak upahan. Itu pun kalau ada hajatan warga di kampung mereka. “Tak ada biaya yang cukup untuk mengobati cucu kami ini, apakah ke medis maupun alternatif,” terang Saman.
“Untung ada bapak tentara ini yang langsung bergerak cepat membawa cucu kami ke klinik alternatif. Kalau tidak, tak tahulah, bagaimana nasib cucu kami ini ke depannya,” ucap Saman lagi.
Serka Saripuddin menambahkan, setelah berkoordinasi dengan keluarga, akhirnya Siti Fatimah dibawa berobat ke klinik alternatif “Miftahussyifa” di Lingkungan IV, Desa Wonosari, Kelurahan Aek Kanopan, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labura.
“Terapi alternatif terhadap Siti Fatimah akan dilaksanakan secara rutin. Mudah-mudahan akan ada perubahan yang lebih baik pada kondisi fisik Siti Fatimah,” pungkas Serka Saripuddin Rambe.(Indra. Hsb)
(Sumber: Pendam I/BB)
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »